Tuesday, January 4, 2011

Kuda Hitam Pangeran Dior



Pangeran Dior adalah seorang putra mahkota yang berusia 12 tahun. Walaupun masih anak-anak, Pangeran Dior bertubuh tinggi dan tegap. Wajahnya tampan dan raut wajahnya bersahabat. Ia adalah putra sulung Raja Julian IX yang bertahta di Kerajaan Kalahari. Adiknya adalah Putri Helena, yang kecantikannya mewarisi kelembutan Ratu Magdalena.
Sejak kecil Pangeran Dior sudah diperkenalkan dengan segala macam adat dan tata cara hidup di kerajaan. Raja Julian IX mendatangkan guru-guru yang hebat untuk melatih Dior kecil belajar menunggang kuda, memanah, berbaris dan berburu. Pangeran Dior benar-benar menikmati hari-harinya di dalam istana.
Suatu hari, ketika ia berulang tahun yang ke-11, ayahnya menghadiahi seekor kuda tunggang berwarna hitam. Bukan main senangnya Pangeran Dior. Kudanya sangat gagah, surai dan buntutnya sangat panjang dan indah. Kulit tubuhnya halus dan berkilat apabila ditimpa sinar matahari. Ladam pada tapalnya terbuat dari besi yg kuat. Ia menamai kudanya Romeo.
Begitu sayangnya Pangeran Dior pada Romeo, ia bersikeras ingin merawatnya sendiri. Memberinya makan, menyikat badannya dan mengajaknya berjalan-jalan. Awalnya, ayahnya keberatan. Tapi melihat kemauannya yang tidak dapat dikekang, akhirnya diluluskannya juga permintaan Pangeran Dior. Raja Julian IX memerintahkan Tom, penjaga istal kuda kerajaan untuk tetap mengawasinya.
Tiga bulan setelah Romeo menjadi kuda peliharaan Pangeran Dior, ia memberanikan diri untuk mencoba menungganginya. Dengan ditemani Tom, Pangeran Dior menaiki punggung Romeo. Pelana kuda yang empuk dan nyaman, membuat Romeo tenang dan menurut, apalagi setelah sebelumnya Tom mengelus-elus hidung dan kepalanya.
Pangeran Dior benar-benar merasa gagah setelah menaiki Romeo. Segera ditepuknya pantat Romeo agar segera berlari. Ia selalu terpesona melihat Tom ketika menunggangi Romeo. Dan ia menginginkannya sekarang.
Taap! Begitu keras suara tepukan di pantat Romeo. Karena terkejut, Romeo mengangkat kedua kaki depannya dan meringkik dengan keras. Seketika itu juga, Romeo melesat bagaikan anak panah lepas dari busurnya.
Tom berteriak keras mengingatkan Pangeran Dior untuk memegang tali kekang Romeo. Pangeran Dior sendiri terkejut dan bingung. Ia merasa Romeo menjadi sangat liar. Ketika ia menarik tali kekangnya, bukannya Romeo berhenti berlari tetapi semakin kencang saja larinya. Pangeran Dior mulai panik.
Rupanya Romeo juga panik. Ia tidak hanya lari berputar di sekitar istal, tapi ia melompat dan keluar pagar. Pangeran Dior berteriak memanggil Tom. Seketika itu  Tom menunggang kuda yang lain sambil menyambar tali lasso. Terjadi kejar-kejaran antara kuda yang ditunggangi Pangeran Dior dan Tom.
Semakin jauh Romeo berlari memasuki hutan kecil dalam istana. Sementara Tom belum berhasil menjerat Romeo, ia melihat Pangeran Dior mulai kelelahan dan ketakutan. Ia sudah tidak dapat mengendalikan Romeo lagi. Akhirnya Tom melihat sebab musababnya mengapa Romeo menjadi tidak terkendali. Rupanya, secara tidak disadari oleh Pangeran Dior, ia secara bersamaan menarik-narik tali kekang sambil kedua kakinya menendang-nendang perut Romeo.
Itulah sebabnya Romeo menjadi bingung dan akhirnya ia  hanya mengikuti nalurinya saja sebagai hewan tunggangan. Menarik tali kekang adalah perintah untuk berhenti atau memperlambat jalan kuda. Sedangkan menepuk pantat atau menendang perut kuda berarti memerintahkannya untuk berjalan atau berlari.
 Tom mempercepat laju kudanya. Ia tahu didepan sana ada jurang kecil yang terjal. Ia harus dapat segera menjerat Romeo. Bila terlambat, celakalah ia. Benar saja, tiba-tiba Romeo tergelincir dan jatuh. Kakinya terantuk batu besar. Ia mendengar jeritan Pangeran Dior dan ringkikan Romeo.
Tak kalah tangkas, Tom berhasil menjerat Romeo pada saat yang sangat tepat. Pangeran Dior tak kalah sigap, berhasil berpegangan pada dahan pohon pinus, setelah ia terpelanting dari punggung Romeo.  Dengan keahliannya, Tom perlahan menarik Romeo dan berhasil menenangkannya. Diikatnya Romeo pada pohon pinus besar. Kemudian ia menghampiri Pangeran Dior dan membantunya turun dari dahan pohon.
Tom benar-benar khawatir dengan keadaan Pangeran Dior dan Romeo. Keduanya sudah menjadi tanggung jawabnya dan ia tidak sanggup memikirkan hukuman yang akan diterimanya seandainya keduanya celaka.
Pangeran Dior benar-benar hebat. Walaupun agak sedikit pucat, tetapi ia tidak menghiraukan lecet yang ada di tubuhnya. Ia segera menghampiri Romeo dan memeriksa keadaannya. Ia meminta Tom untuk merahasiakan peristiwa yang baru saja terjadi. Ia yakin, seandainya ayahnya sampai tahu, ia tidak akan diperbolehkan lagi menunggangi Romeo. Tom berjanji walaupun agak sedikit ragu. 
Pangeran Dior membelai kepala dan hidung Romeo, kemudian dipeluknya kuda kesayangannya itu. Ia sungguh merasa baru saja mengalami petualangan yang seru bersama Romeo, kuda hitam tunggangannya yang sangat gagah.(15102010) @ dhenk

Upi Kepik yang Sombong



Di Taman Shangrilla, hidup sekelompok serangga kunang-kunang dan kepik. Mereka hidup tenang dan rukun satu sama lain. Bila pagi tiba, matahari mengirimkan kehangatan dan sinarnya di atas taman itu. Para kepik keluar dari sarang dan menjemur badannya yang bertotol-totol putih, agar terlihat semakin bercahaya. Masing-masing kepik saling membuka sayapnya seolah-olah sedang memamerkan keindahannya.
Adalah Upi, seekor kepik jantan yang bersayap sangat indah. Sayap merahnya bertotol hitam. Apabila sayapnya terbias sinar matahari, seolah-olah memantulkan cahaya merah berpendar-pendar. Semua kepik mengakui keindahannya.
Upi sangat bangga akan sayapnya yang indah dan memamerkannya keseluruh kepik yang lain. Bagi Upi, tidak ada seekor kepik pun yang memiliki sayap seindah miliknya. Ia mulai sombong dan gemar menghina teman lainnya. Upi juga merebut batu tinggi di sela-sela semak tempat biasanya para kepik berjemur secara bergantian. Tidak ada lagi yang boleh berjemur di batu kecuali dirinya.
Suatu hari, ketika Upi kepik sedang berjemur sambil sibuk mengepakkan sayap, datanglah segerombolan anak kecil yang sedang asyik bermain di Taman Shangrilla. Upi sangat terkejut mendengar suara gaduh anak-anak yang sedang menyiangi semak untuk mencari kepik.
Tatkala Upi ingin terbang bersembunyi, tiba-tiba ia merasa sekelilingnya menjadi gelap dan batu yang dipijaknya bergoyang. Upi sangat panik dan ketakutan. Dia berteriak-teriak minta tolong. Ia tidak mendengar suara satu ekorpun temannya. Yang ia tahu, semuanya menjadi gelap dan pengap.
Upi pingsan. Ketika tersadar, ia mendapati dirinya dalam sebuah ruangan kaca yang sempit dan pengap. Ia mencoba mengenali keadaan sekeliling. Rupanya ia berada dalam sebuah botol kaca bekas tempat selai. Upi ketakutan. Dia berteriak sekerasnya tetapi tidak ada jawaban.
Tiba-tiba ia melihat seraut wajah anak laki-laki mendekat ke arahnya. Seketika tempatnya berpijak bergoyang. Beni, si anak laki-laki itu mengguncang-guncang botol selai. Ia penasaran, mengapa kepik yang ia tangkap tidak mengembangkan sayapnya. Rupanya, ketika Upi memamerkan keindahan sayapnya, Beni melihatnya. Ia tertarik dan kemudian menangkapnya.
Bukan main pusingnya kepala Upi. Ia merasa lemas dan ingin terbang. Tapi tidak sanggup lagi menggerakkan sayapnya. Upi menangis. Ia teringat oleh teman-temannya di Taman Shangrilla. Ia ingat semua kelakuan buruk yang pernah dilakukannya kepada mereka. Upi sedih sekali. Ketika ia sendiri dan terperangkap seperti ini, baru disadari, ia membutuhkan teman-temannya.
Upi benar-benar ingin segera lepas dari botol selai ini dan kembali ke Taman Shangrilla. Ia akan meminta maaf pada semua temannya atas perilakunya yang sombong. Upi mencari akal. Ia melihat di sudut ruangan kamar Beni ini, ada seekor kucing gemuk dan besar sedang tidur. Upi berusaha menarik perhatian kucing malas itu.
Upi mengepakkan sayapnya. Punggungnya dibenturkan ke dinding botol selai dan tutupnya. Terdengar bunyi tik-tik. Namun rupanya masih terdengar terlalu pelan. Si kucing belum membuka matanya. Dia ulangi lagi aksinya. Sampai ketika ia mengepakkan sayapnya dan terpantul cahaya matahari dari jendela, si kucing mulai membuka matanya.
Ya! Usahanya berhasil. Kucing gemuk itu mulai berjalan mengendap-endap mendekati botol selai. Ia memperhatikan isi di dalamnya. Hidungnya yang basah mengendus-endus tutupnya. Upi membenturkan lagi punggungnya. Gerakan Upi memancing kucing semakin penasaran. Tidak hanya mengendus tapi kaki depannya mulai menggapai botol selai.
Upi semakin bersemangat untuk terbang di dalam botol dan membenturkan punggungnya. Si kucing merasa mendapatkan mainan. Ia semakin gemas, karena tidak berhasil membuka botol. Karena terlalu keras menggapai botol, akhirnya terguling dan menggelinding jatuh ke lantai.
Praaak. Botol selai pecah berantakan. Secepat kesempatan terbentang di depan mata, Upi terbang setinggi-tingginya. Beberapa kali ia menabrak dinding dan terjatuh. Tapi ia tidak putus asa. Ia terus berusaha sampai akhirnya ia menemukan celah jendela yang terbuka. Pfuuih, akhirnya Upi berhasil terbang di udara bebas. Upi senang bukan main. Tujuannya hanya satu, Taman Shangrilla, rumahnya, tempat di mana teman-teman Upi berkumpul. Dan ia tak sabar untuk segera meminta maaf kepada mereka atas semua perilaku buruknya. (07102010). @ dhenk